• Feed RSS

Pages

Jumat, 22 Oktober 2010

CIDR dan VLSM

Bookmark and Share
Classless Inter Domain Routing

Sampailah kita pada pokok pembahasan dalam tulisan ini yaitu metode CIDR, berhitung IP address dengan ini banyak digunakan dan sangat membantu dalam proses pembagian IP address, banyak tulisan yang membahas cara ini seperti di CCNA-CNAP, khususnya dalam soal-soal ujian yang dilakukan oleh cisco, Pada kesempatan ini yang akan kita lakukan adalah perhitungan subnetting lanjutan atau yang dikenal dengan VLSM (variable length Subnet Mask), namun sebelum kita membahas VLSM ada baiknya kita sedikit meriview tentang subnetting menggunakan CIDR. Pada tahun 1992 lembaga IEFT memperkenalkan suatu konsep perhitungan IP Address yang dinamakan supernetting atau classless inter domain routing (CIDR), metode ini menggunakan notasi prefix dengan panjang notasi tertentu sebagai network prefix, panjang notasi prefix ini menentukan jumlah bit sebelah kiri yang digunakan sebagai Network ID, metode CIDR dengan notasi prefix dapat diterapkan pada semua kelas IP Address sehingga hal ini memudahkan dan lebih efektif. Menggunakan metode CIDR kita dapat melakukan pembagian IP address yang tidak berkelas sesukanya tergantung dari kebutuhan pemakai. Sebelum kita melakukan perhitungan IP address menggunakan metode CIDR berikut ini adalah nilai subnet yang dapat dihitung dan digunakan.


Subnet Mask
CIDR
Subnet Mask
CIDR
255.128.0.0
/9
255.255.240.0
/20
255.192.0.0
/10
255.255.248.0
/21
255.224.0.0
/11
255.255.252.0
/22
255.240.0.0
/12
255.255.254.0
/23
255.248.0.0
/13
255.255.255.0
/24
255.252.0.0
/14
255.255.255.128
/25
255.254.0.0
/15
255.255.255.192
/26
255.255.0.0
/16
255.255.255.224
/27
255.255.128.0
/17
255.255.255.240
/28
255.255.192.0
/18
255.255.255.248
/29
255.255.224.0
/19
255.255.255.252
/30

Catatan penting dalam subnetting ini adalah penggunaan oktat pada subnet mask dimana :

  • Untuk IP Address kelas C yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada oktat terakhir karena pada IP Address kelas C subnet mask default-nya adalah 255.255.255.0
  • Untuk IP Address kelas B yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 2 oktat terakhir karena pada IP Address kelas B subnet mask default-nya adalah 255.255.0.0
  • Untuk IP Address kelas A yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 3 oktat terakhir karena IP Address kelas A subnet mask default-nya adalah 255.0.0.0 untuk lebih jelasnya dapat kita lakukan perhitungan pada contoh IP Address berikut ini :
Diketahui IP Address 130.20.0.0/20 yang ingin diketahui dari suatu subnet dan IP Address adalah :

1. Berapa jumlah subnet-nya ?
2. Berapa jumlah host per subnet ?
3. Berapa jumlah blok subnet ?
4. Alamat Broadcast ?

Untuk dapat menghitung beberpa pertanyaan diatas maka dapat digunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Untuk menghitung jumlah subnet = (2x)
(2x) = (24) = 16 subnet
Dimana x adalah banyak angka binary 1 pada subnet mask di 2 oktat terakhir : 130.20.0.0/20, yang kita ubah adalah /20 menjadi bilangan binary 1 sebanyak 20 digit sehingga (banyaknya angka binary 1 yang berwarna merah) dan jumlah angka binary pada 2 oktat terakhir adalah 4 digit

/20
11111111
11111111
11110000
00000000
Decimal
255
255
240
0

Untuk menghitung jumlah host per subnet = (2y-2)
(2y-2) = (212-2) = 4094 host
Dimana y adalah banyaknya angka binary 0 pada subnet mask di 2 oktat terakhir (banyaknya angka binary 0 yang berwarna hijau) dan jumlah angka binary pada 2 oktat terakhir adalah 12 digit

/20
11111111
11111111
11110000
00000000
Decimal
255
255
240
0

Untuk menghitung jumlah blok subnet = (256-nilai decimal 2 oktat terakhir pada subnet) sehingga = (256-240)= 16 0 16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208 224 240

Hasil pengurangan tersebut kemudian menjadi nilai kelipatan sampai nilainya sama dengan nilai pada 2 oktat terakhir di subnet mask, yaitu : 16+16 dan seterusnya hingga 240, kelipatan 16 adalah : 0 16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208 224 240 

Dari hasil perhitungan diatas maka dapat kita simpulkan :

Untuk IP Address 130.20.0.0/20
Jumlah subnet-nya = 16
Jumlah host per subnetnya = 4094 host
Jumlah blok subnetnya sebanyak 16 blok yaitu
16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208 224 240

Selanjutnya dari nilai CIDR tersebut dapat kita bagi lagi menjadi blok subnet baru hal ini
dapat dilakukan dengan metode VLSM.

Variable Length Subnet Mask


Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).

Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.

Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.

Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.

Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

Misalkan kita memiliki empat buah network dengan jumlah host yang berbeda-beda untuk tiap networknya. Net-A (14 host), Net-B (30 host), Net-C (20 host) dan Net-D (6 Host). Ip yang digunakan adalah 192.168.100.xx . Bagaimana kita membuat subnet dengan menggunakan VLSM?


Langkah 1

Tentukan terlebih dahulu urutan network dengan jumlah host terbanyak dan subnet yang akan digunakan. Dalam kasus ini urutan network mulai dari host terbanyak adalah Net-B, Net-C, Net A dan Net-D. Bila dilihat jumlah host terbanyak yaitu pada Net-B, bandingkan dan pilihlah subnet yang memiliki selisih paling sedikit atau sama antara host per subnet dengan host terbanyak.

CIDR
Host per subnet
Blok subnet
/26
62
64
/27
30
32
/28
14
16
/29
6
8
/30
2
4


Langkah 2

Buat blok-subnet dari subnet yang sudah dipilih

Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64 192.168.100.96
Ip pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65 192.168.100.97
Ip terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94 192.168.100.126
Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95 192.168.100.127

Bila kita menggunakan subnet secara langsung, maka kita membutuhkan 4 blok-subnet untuk menghubungkan keempat network tersebut. Berbeda halnya bila kita menggunakan VLSM.


Langkah 3

Bila menggunakan VLSM maka kita perlu untuk menentukan subnet yang akan digunakan untuk masing – masing network.

CIDR
Host per subnet
Blok subnet
Network
/26
62
64
-
/27
30
32
B dan C
/28
14
16
A
/29
6
8
D
/30
2
4
-



Langkah 4

Menentukan jumlah blok-subnet yang baru. Berdasarkan blok-subnet pada langlah 2, kita memilih blok-subnet baru yang dapat menampung seluruh host dalam network A, B, C dan D. Perlu diingat bahwa satu blok-subnet dapat menampung 30 host.


Net-B
Net-C
Net-A dan Net-D
Subnet
192.168.100.0
192.168.100.32
192.168.100.64
IP pertama
192.168.100.1
192.168.100.33
192.168.100.65
IP terakhir
192.168.100.30
192.168.100.62
192.168.100.94
Broadcast
192.168.100.31
192.168.100.63
192.168.100.95




Net-B menempati satu blok-subnet karena jumlah host = jumlah host per subnet (30=30).
Net-C menempati satu blok-subnet karena jumlah host mendekati jumlah host per subnet (20 > 30).
Net-A dan Net-D menempati satu blok-subnet karena jumlah host dari kedua network tersebut hasilnya mendekati jumlah host per subnet (14 + 6 > 30).


Langkah 5

Menentukan subnet untuk VLSM. Blok-subnet untuk net-B dan net-C sudah tidak perlu lagi dipersoalkan tinggal bagaimana blok-subnet untuk net-A dan net-D. Berdasarkan langkah 3 kita menggunakan /28 untuk net-A dan /29 untuk net-B. Berikut blok-subnet yang digunakan oleh net-A.


Net-A
Subnet VLSM
192.168.100.64
192.168.100.80
IP pertama
192.168.100.65
192.168.100.81
IP terakhir
192.168.100.78
192.168.100.94
Broadcast
192.168.100.79
192.168.100.95


Perhatikan, lompatan blok-subnet untuk net-A langsung menggunakan 64 tidak menggunakan 0 , 16, 32, 48 karena sudah digunakan oleh net-B dan net-C. Jumlah host per subnet yang digunakan untuk net-A pun sesuai dengan format subnet yang digunakan yaitu 14. Blok-subnet kedua dari /28 pada net-A digunakan oleh net-B dengan format berbeda yaitu /29, dengan alasan yang sama maka lompatan bloksubnet untuk net-B langsung 80, sehingga blok-subnet yang baru untuk net-B yaitu :


Net-B
Subnet VLSM
192.168.100.80
IP pertama
192.168.100.81
IP terakhir
192.168.100.86
Broadcast
192.168.100.87

Secara lengkap subnet yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

Net-B
192.168.100.0 /27
Net-C
192.168.100.32 /27
Net-A
192.168.100.64 /28
Net-D
192.168.100.80 /29

Bukti bahwa perhitungan subnet sudah benar adalah Network ID pada masing-masing netwok berbeda sehingga tidak terjadi overlapping.

sumber : http://www.ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2007/12/metode-ip-address-lanjutan-vlsm.pdf


Post Terkait

0 orang yang berkomentar:

Posting Komentar